Peningkatan Kapasitas Instruktur Perkaderan Melalui Coaching Clinic MPK SDI PDM Bantul
Dalam rangka menyiapkan instruktur perkaderan, Majelis Pembinaan Kader Sumber Daya Insani (MPK-SDI) PDM Bantul menyelenggarakan Coaching Clinic Instruktur Perkaderan pada Sabtu-Ahad, 4-5 November 2023 di Kaliurang, Sleman. Coaching clinic bertujuan untuk mewujudkan pemikiran/ide/gagasan pengelolaan, pelaksanaan, dan evaluasi penyelenggaraan perkaderan Muhammadiyah di Bantul yang lebih adaptif, inovatif dan efektif; terwujudnya instruktur yang mampu memahami Sistem Perkaderan Muhammadiyah secara lebih komprehensif; terwujudnya instruktur yang mampu memahami berbagai metodologi pembelajaran; terwujudnya instruktur yang memiliki pengetahuan secara efektif dan komunikatif. MPK-SDI memiliki tiga tugas utama yaitu merekrut kader, membina kader, dan mendistribusikan kader sesuai dengan bidangnya masing-masing. MPK-SDI PDM Bantul memiliki tagline Mentes, Mrantasi, Migunani, ujar Yahya Hanafi (Ketua MPK-SDI PDM Bantul).
Kegiatan ini diikuti 26 orang terdiri anggota MPK-SDI PDM Kabupaten Bantul dan anggota MPK PDA Kabupaten Bantul serta organisasi perwakilan otonom tingkat daerah. Wakil Ketua PDM Bantul yang membidangi MPK SDI Sumarna, M.Pd., menyampaikan bahwa kegiatan coaching clinic ini merupakan awal dari perjalanan perkaderan di Bantul. Dalam penyelenggaraan perkaderan khususnya perkaderan formal, setidaknya terdapat dua komponen utama yakni kader sebagai subyek dan kader sebagai objek. Kader sebagai subjek (biasa disebut instruktur) adalah orang yang berperan dalam memberikan pembinaan, sedangkan kader sebagai objek adalah yang diberikan pembinaan. Kader sebagai subjek penyelenggaraan perkaderan perlu dipersiapkan dengan baik agar nantinya dalam memberikan pembinaan mampu menghasilkan kader-kader yang berkualitas. Coaching Clinic ini merupakan langkah awal bagi kita sebelum mengadakan Baitul Arqam bagi kader persyarikatan di Bantul. Harapannya, pelaksanaan Baitul Arqam nantinya menjadi tempat peneguhan ideologi Muhammadiyah bagi kader Muhammadiyah,” ujar Sumarna.
Muhammadiyah merupakan gerakan Islam dakwah amar ma’ruf nahi munkar, yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam menjaga gerakan dakwah Islam tersebut, perlu dipersiapkan kader yang mampu bergerak secara komprehensif dan kompatibel sesuai dengan perkembangan zaman. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan pembinaan kader secara masif dan terstruktur dalam bentuk perkaderan. Perkaderan merupakan suatu proses pembentukan karakter (character building) yang dilakukan oleh suatu organisasi bagi kader-kadernya. Proses tersebut diantaranya berisikan penanaman nilai-nilai ideologi organisasi maupun keterampilan dalam memimpin.
Terdapat enam materi coaching clinic dan Best practice Baitul Arqom AUM Sekolah dari MPK SDI PDM Sleman dan PDM Kota Yogyakarta. Penyampaian best practice ini dilakukan untuk memberikan gambaran pengelolaan Baitul Arqam AUM Sekolah di Kota Yogyakarta dan Sleman yang sudah berjalan. Best practice Baitul Arqom AUM Sekolah mengundang narasumber MPK-SDI PDM Sleman dan MPK-SDI PDM Kota Yogyakarta.
Materi Coaching Clinic instruktur meliputi Sistem Perkaderan Muhammadiyah, Manajemen Komunikasi dan Manajemen Forum, Strategi Pembelajaran Aktif dalam Perkaderan Muhammadiyah, Outbond Training, Teknik Evaluasi dan Administrasi Perkaderan, dan Praktik Penyusunan Rencana Pelatihan. Narasumber materi coaching mengundang dari MPK-SDI PP Muhammadiyah dan MPK-SDI PWM DIY.
Melalui Coaching Clinic diharapkan setiap instruktur perkaderan memiliki pemahaman yang sama mengenai Sistem Perkaderan Muhammadiyah, kurikulum perkaderan, strategi pembelajaran aktif dalam perkaderan, metode outbond, teknik evaluasi perkaderan, administrasi perkaderan dan pengelolaan perkaderan di Muhammadiyah. “Profil seorang instruktur dalam mengelola perkaderan diharapkan dapat ‘multitalent’, memiliki berbagai kemampuan untuk mengelola perkaderan. MPK-SDI menginginkan pelasaknaan perkaderan dapat tersistem dan termanajemen dengan rapi melalui sistem informasi perkaderan. Tahap input-proses-output diupayakan tercatat di sistem informasi, ucap Yahya.
Kegiatan ditutup dengan praktik pengelolaan Baitul Arqom oleh peserta, diharapkan setiap instruktur mampu melakukan perencanaan perkaderan Baitul Arqom, meliputi pemilihan metode, strategi pembelajaran, outbond, instrumen evaluasi dan administrasi perkaderan. Setelah pelaksanaan coaching clinic ini, para instruktur akan menyiapkan pengelolaan Baitul Arqom untuk calon guru GTY dan Pelatihan Instruktur Daerah.