ArtikelBeritaKhutbah Jum'atPolitik

Kisah Ka’b ibn Al Asyraf – Si Pendengki Pemimpin Kaum Yahudi (Refleksi untuk menyambut Pemilu 2024)

Khutbah Pertama

الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِتَرْك الْمَنَاهِيْ وَفِعْلِ الطَّاعَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ.

اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ أُوتُواْ نَصِيبٗا مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡجِبۡتِ وَٱلطَّٰغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ هَٰٓؤُلَآءِ أَهۡدَىٰ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ سَبِيلًا . أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُۖ وَمَن يَلۡعَنِ ٱللَّهُ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ نَصِيرًا.

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Tiada kata yang lebih utama kecuali marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadiran Allah c yang telah memberikan nikmat kepada kita semua, sehingga pada saat ini, dalam rangka mensyukuri semua nikmat itu bisa berkumpul di tempat yang mulia ini.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah hasanah kita Rasulullah Muhammad ﷺ, hamba Allah yang telah membawa risalah kebenaran, membawa ummat dari zaman kegelapan menuju zaman pencerahan.

Pada saat yang berbahagia ini khatib ingatkan khususnya kepada diri kami dan para jamaah sekalian, marilah selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah  c, dengan selalu berusaha menjalankan perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya.

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Peristiwa hijrah Rasullullah Muhammad ﷺ ke kota Yatsrib mengakibatkan pembauran sosial budaya dengan warga masyrakat yang telah tinggal sebelumnya. Sebagaimana diketahui bahwa kota Madinah dulunya bernama Yatsrib, yang berasal dari nama orang yang pertama kali menduduki wilayah tersebut. Yastrib menggambarkan masyarakat pribumi dari Kota Madinah.

Diaspora kaum Yahudi akibat dari tekanan  dan kejaran Raja Fir’aun di Mesir mereka berpencar dan Migrasi. Hingga beberapa diantaranya sampailah ke Kota Yatsrib itu. Mereka mendominasi kekuatan ekonomi, menguasai lahan pertanian, perkebunan dan perdagangan yang dipimpin Ka’b ibn Al Asyraf dari Bani Al Nadhir, akibatnya penduduk Yatsrib hanya menjadi buruh, kuli dan pekerja mereka.

Kaum Yahudi terkenal sebagai kaum pengecut, licik, pembuat makar, pembuat tipudaya dan pembangkang bahkan kepada Nabi-nya sendiri.

…وَقَتۡلِهِمُ ٱلۡأَنۢبِيَآءَ بِغَيۡرِ حَقّٖ وَقَوۡلِهِمۡ قُلُوبُنَا غُلۡفُۢۚ  

“Dan mereka membunuh nabi-nabi mereka tanpa hak dan mereka berkata, hati kami telah ditutup” (QS. An Nisaa : 155)

Ketika Islam mulai masuk kota Yatsrib, kaum Yahudi berusaha memusuhi kaum Muslim. Mereka seringkali melakukan keburukan kepada Islam, meskipun mereka sesungguhnya mengetahui dan menyadari dalam Kitab Taurat menyatakan bahwa kelak akan datang nabi baru yang membawa ajaran dari langit sama dengan ajaran Yahudi serta ajarannya adalah benar.

Kaum Yahudi mengetahui bahwa kaum Quraisy Mekkah memusuhi Islam. Apalagi setelah terjadinya perang Uhud pada tahun ke 3 Hijriyah.  Mereka mempunyai rencana licik yaitu dengan memperalat kaum Kafir Quraisy untuk menyerang dan mengalahkan Islam.

Mereka mengharapkan kaum Quraisy dapat mengalahkan Islam, sehingga mereka mendapat keuntungan menguasai lagi ekonomi dan politik di Madinah serta keberadaannya tidak terdesak. 

Kaum Yahudi mendekati kaum Quraisy. Mereka datang ke Mekkah menemui salah seorang pemimpin Quraisy yang membenci Islam, yaitu Abu Sufyan ibn Harb.

Tentu saja Abu Sufyan terkejut ketika Ka’b ibn Al Asyraf bersama 70 orang kawannya datang ke Mekkah dan menceritakan kebenciannya pada kaum Muslim. 

Abu Sufyan tahu bahwa kaum Yahudi adalah kaum Akhli Kitab yang sama dengan Islam diturunkan Allah, berbeda dengan kaum Quraisy yang menganut Paganisme atau menyembah berhala.

Terdorong oleh kebencian dan kedengkiannya terhadap Muhammad, Ka’b secara mengejutkan menyatakan kepada Abu Sufyan bahwa agama kaum Quraisy yaitu menyembah berhala lebih baik daripada kaum Muhammad.

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Allah c mengabarkan kepada Rasul-Nya dengan mewahyukan ayat :

أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ أُوتُواْ نَصِيبٗا مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡجِبۡتِ وَٱلطَّٰغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ هَٰٓؤُلَآءِ أَهۡدَىٰ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ سَبِيلًا  ٥١ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُۖ وَمَن يَلۡعَنِ ٱللَّهُ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ نَصِيرًا  ٥٢

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Makkah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya”. (QS An Nisaa : 51-52)

Apa yang dilakukan oleh Ka’b adalah kegiatan diplomasi untuk mencapai keinginan kaum Yahudi, dalam konteks ini mereka tidak nyaman ketika akan melawan secara langsung kepada kaum Muslimin karena sama-sama punya kitab suci yang asalnya sama.

Mereka datang dari kota Madinah ke Kota Makkah untuk menemui pimpinan kaum kafir Quraisy untuk menjalankan program Proxy war atau perang proxy, dalam bahasa jawa disebut “nabok nyilih tangan

Apa yang dilakukan kaum Yahudi mengorbankan apa saja untuk meraih cita, perjalanan dari Madinah ke Makkah dengan berbagai jarak dan rintangannya, harta benda yang ia korbankan untuk melancarkan misinya itu.

Bahkan sampai kepada pengorbanan akidah, dengan mengatakan bahwa apa yang selama ini disembah oleh kaum kafir Quraisy yang berupa Jibt dan thaghut itu lebih baih daripada ajarannya Muhammad.

Hadirin Jamaah Jumat Yang dimuliakan Allah

Apa yang dilakukan oleh Kaum Yahudi itu terjadi kira-kira pada 1440 tahun yang lalu, namun nuansa dan langkah serta praktek-praktek politis yang dilakukan itu masih sering dilakukan oleh orang pada saat ini.

Untuk menggapai sebuah kedudukan ataupun kehendak politik, orang  akan mengerjakan dan mengorbankan apa saja.

Menjelang pemilu seperti saat ini para kontestan dan pegiat pesta demokrasi sedang giat-giatnya mencari simpati kepada warga. Tidak terhitung jumah materi yang dikeluarkan, diantaranya untuk proses mempengaruhi, baik yang sifatnya individual maupun yang sifatnya massal.

Ada kalanya proses sosialisasi itu dilakukan secara legal dan sah-sah saja menurut pandangan hukum dan syariat agama. Namun adakalanya ada yang bertindak yang menyelisihi hukum dan syariat agama, mereka sadar akan pelanggaran ini, namun nafsu dan hasrat untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan mengalahkan semua kesadaran itu.

Sikap mengabaikan kebenaran ini yang menjauhkan hati manusia untuk bisa menerima dan istiqomah dengan kebenaran hakiki. Sehingga sering kita jumpai fenomena yang  kita anggap biasa dalam percaturan politik, yaitu ketika lima tahun lalu kita mengidolakan seseorang pada pemilu kali ini orang itu kita cari-cari kejelekan dan kelemahannya. Demikian juga sebaliknya, kalau dahulu kita jelek-jelekkan pada saat ini justru kita puja-puja. Sayangnya tidak semua sikap itu berdasar pada otentisitas namun karena kepentingan sesaat dan sangat pribadi.

Sikap untuk kepentingan sementara sehingga susah untuk dipertanggungjawabkan secara obyektif.

Sikap politik yang baik adalah yang berpihak kepada kebenaran hakiki, kebenaran yang adiluhung yang tidak lekang oleh waktu.

Walaupun  yang orang ataupun gagasan itu tidak menang namun setidaknya posisi kita jelas, seperti burung pipit ataupun cicak. Posisi kita jelas ke arah mana keberpihakan kita.

أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ،

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.  رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Oleh : Ustadz Arba Riksawan Qomaru, SE

Naskah Lengkap bisa di download disini

Silakan gabung Group WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *