Saatnya I’tikaf : Menjemput Lailatul Qadar
الحَمْدُ لِلَّهِ الَذِيْ فَتَحَ لِعِبَادِهِ طَرِيْقَ الْفَلاَحِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ, وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Dia-lah Yang Maha Rahman dan Rahim kepada setiap makhluk. Sehingga di bulan Ramadhan, banyak hamba yang tadinya tidak jamaah ke masjid, tiba-tiba penuh semangat datang ke masjid. Sampai-sampai masjid di setiap kampung, tidak cukup untuk menampung semua jamaah. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah r. Nabi yang mencintai ummatnya sampai akhir kehidupan.
Setiap akhir Ramadhan, tepatnya sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, disunnahkan untuk ber-i’tikaf sebagaimana Hadits dari sahabat Ibnu ‘Umar t, beliau mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللهِ r يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ
“Rasulullah r beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, I’tikaf adalah aktifitas berdiam diri di masjid dalam satu tempo tertentu dengan melakukan amalan-amalan (ibadah-ibadah) tertentu untuk mengharapkan ridha Allah. I’tikaf dapat dilaksanakan dalam beberapa waktu tertentu, misal dalam waktu 1 jam, 2 jam, 3 jam dan seterusnya, dan boleh juga dilaksanakan dalam waktu sehari semalam (24 jam).
Banyak amalan (ibadah) yang bisa dilakukan untuk mengisi i’tikaf, diantaranya;
- Melaksanakan shalat sunnah, seperti shalat tahiyatul masjid, shalat lail dan lain-lain.
- Membaca al-Quran dan Tadarus al-Quran.
- Berdzikir dan berdo’a.
- Membaca buku-buku agama.
Bulan Ramadhan hanya datang sekali dalam setahun, oleh karena itu jangan pernah, menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Allah. Sekuat tenaga harus diperjuangkan dengan optimal. Termasuk didalam mengisi kegiatan i’tikaf, harus dipersiapkan dengan baik, sehingga mendapatkankan hasil terbaik, semata-mata untuk mencari ridha Allah I, serta mendapatkan Lailatul Qadar. Dari ‘Aisyah i, bahwa ia berkata, “Nabi r bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadhan.” (HR. Tirmidzi)
Lailatul Qadar adalah keadaan dimana seseorang merasakan ketenangan lahir dan batin. Artinya, yang datang pada malam lailatul qadar itu bukan materi, yang datang ialah kondisi dan suasana. Tanda yang jelas adalah kedamaian dan peningkatan amal shalih dari mereka yang berhasil menemuinya[1]. Allah I berfirman:
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ ١ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ ٢ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ ٣ أَلۡفِ شَهۡرٖ تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ بِإِذۡنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمۡرٖ ٤ سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ ٥
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (Q.S. al-Qadr : 1-5)
Lailatul Qadar merupakan sebuah malam yang keutamaan, kemuliaan, dan berkahnya lebih utama di sisi Allah dari Ibadah seribu bulan.[2]
Saking istimewanya, banyak dari hamba Allah yang ingin mendapatkan lailatul qadar karena disitulah buah dari taqwa. Para ulama banyak yang mendefinisikan takwa sebagai:
امْتِثَالُ أَوَامِرِ اللهِ وَاجْتِنَابُ نَوَاهِيْهِ سِرًّا وَعَلَانِيَّةً ظَاهِرًا وَبَاطِنًا
Yakni melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya baik dalam keadaan sepi maupun ramai, lahir dan juga batin.
Bagaimana mencari lailatul qadr? Allah I menurunkan Al-Qur’an pada lailatul qadri (malam yang agung), yaitu lailah mubarakah (malam yang diberkahi). Itulah malam yang nilai ibadah pada saat itu lebih baik dari ibadah selama 1000 bulan, yaitu setara dengan ibadah selama 83 tahun 4 bulan. Itulah malam yang penuh dengan kebaikan dan keberkahan. Karena besarnya kemuliaan dan keutamaan ibadah di dalamnya, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mencari dan meraih lailatul qadar.
Lalu, kapan tepatnya waktu lailatul qadar terjadi? Tidak ada yang tahu pasti, dan itu poin pentingnya. Ketidak-pastian waktunya mengandung hikmah yang sangat besar, yaitu agar manusia terus beribadah setiap malam dengan harapan mendapatkan kemuliaan lailatul qadr. Jika waktunya pasti, kita hanya cukup menunggu dan kemudian melaksanakan ibadah di waktu tersebut, seperti halnya shalat Jumat atau ibadah-ibadah lainnya.
Meskipun banyak dari kita masih enggan melakukan ibadah yang sudah jelas waktunya; apalagi suatu hal yang tidak pasti waktunya seperti lailatul-qadr. Contoh saja, shalat berjamaah (di masjid) memiliki fadhilah nilai pahala 27 kali lipat bila dibandingkan dengan dikerjakan seorang diri. Akan tetapi masih banyak saja orang yang enggan Shalat berjamaah di masjid. Demikian pula pahala infak sedekah, akan diganjar lipat 700 kali, tetapi masih banyak juga orang yang pelit dan tidak mau berbagi.
. Meski demikian, Rasulullah r memberi isyarat (petunjuk) bagi orang yang bersungguh-sungguh ingin mendapatkannya. Beliau bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari).
Maka, marilah kita semua minta pertolongan kepada Allah agar dimudahkan untuk bisa ber-i’tikaf di bulan Ramadhan dan semoga kita semua bisa mendapatkan Lailatul Qadar serta menjadi orang yang bertaqwa. Aamiin..
Oleh: Ustadz Muhammad Adi Negara, SH
[1] Panduan Puasa Bersama Quraish Shihab, Republika, Hlm 146-147
[2] Dr. ‘Aidh Al-Qarni, Tafsir Muyassar, Qisthi Press, Hlm 639
Naskah Lengkap bisa di download disini
Silakan gabung Group WhatsApp