ArtikelKultum Ramadhan 1445 H

Memiliki Anak Tidak Shalih, Padahal Orang Tua Shalih

الحَمْدُ لِلَّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ،  وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخْتَار،

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Memiliki anak shalih menjadi idaman setiap orang tua yang beriman. Seorang muslim sadar betul bahwa anak merupakan amanah dari Allah. Seyogyanya amanah jika kita dapat menjaga, maka kita akan mendapat ganjaran, dan jika tidak menjaga amanah maka keburukan yang kita dapatkan.  Marilah kita perhatikan perintah Allah Yang Maha Kuasa berikut ini :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ 

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.[QS. at-Tahrim : 6]

Demikian juga sabda Nabi r:

مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ

Perintahkanlah anak-anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika berumur sepuluh tahun (jika mereka enggan untuk shalat) dan pisahkanlah mereka di tempat-tempat tidur mereka masing-masing. (HR Abu Dawud)

Allah sudah memerintahkan kepada orang yang beriman untuk menjaga anaknya dari api neraka. Salah satu yang ditempuh diantaranya dengan mendidik beribadah. Inilah kewajiban dari Allah yang dibebankan kepada seluruh orang tua. Salah satu anugerah yang didapatkan orang tua, yang memiliki anak shalih akan mendapatkan kebaikan sampai orang tua tersebut sudah meninggal. Rasulullah r bersabda:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

 “Apabila seorang manusia meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga, yakni sedekah jariyah, atau ilmu yang diambil manfaatnya, atau anak shalih yang mendoakannya”. (HR Muslim)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Namun kadang orang tua sudah berusaha maksimal mendidik anak, tetap saja anak tidak menjadi anak yang shalih. Menghadapi keadaan seperti ini maka kita harus dapat mengambil hikmahnya:

Pertama, Mendidik anak adalah menjalankan perintah Allah. Orang tua tetap berusaha,  adapun hasil Allah yang menentukan. Hal ini menyadarkan kepada kita bahwa manusia itu lemah, tidak dapat membentuk,  kecuali hanya bersifat usaha. Allah yang menentukan segala sesuatunya. Sebagaimana tercantum dalam surat Al-Qashash Ayat 56:

إِنَّكَ لَا تَهۡدِي مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ 

 “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah member petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kedua, Anak tidak shalih menjadi ujian bagi orang tuanya. Sebagaimana juga dicontohkan nabi Nuh juga diuji dengan anaknya bernama Kan’an yang durhaka tidak mau berbakti kepada orang tuanya.  Bahkan menjadi bagian yang menentang dakwah ayahnya. Walaupun Kan’an menentang namun Nabi Nuh tidak pernah berhenti untuk memberi nasehat kepada putranya. Orang tua yang beriman pasti tetap dalam keimanan dan senantiasa tidak lelah untuk mendidik anaknya walaupun anak itu sendiri durhaka. Setiap ujian yang dirasakan berat maka bersamanya pahala yang besar pula. Sebagaimana keterangan dari sebuah hadits:

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

 “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya ujian, dan jika Allah mencintai suatu kaum, Dia pasti menguji mereka; siapa yang ridla maka baginya keridlaan (Allah) dan siapa yang murka maka baginya kemurkaan (Allah).”   (HR Ibnu Mājah)

Ketiga, Menjadi sarana orang tua untuk selalu aktif mendidik anaknya. Orang tua yang berpikiran positif dapat mengambil setiap hikmah dari keadaan yang dihadapi. Dengan anak yang belum sholih menjadi orang tua senantiasa tidak santai dalam mendidik putranya.   

Oleh: Ustadz. Samsumuin Harahap, S.Pd.

Naskah Lengkap bisa di download disini

Silakan gabung Group WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *