ArtikelKhutbah Jum'at

Tangguh dan Tetap Istiqamah Ba’da Ramadhan

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ   قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي  كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا . 

Jama’ah shalat jum’at rahimakumullah.

Marilah kita bersyukur kepada Allah I atas nikmat yang telah dikaruniakan kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada suri tauladan kita, nabi Muhammad r, semoga tercurahkan pula kepada keluarga beliau, para sahabat, tabi’in, tabiut taib’in, dan kepada seluruh umat Islam hingga hari kiamat kelak. Selanjutnya sebagai khatib kami mengajak kepada diri pribadi dan jamaah sekalian, marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah I. Iman dan taqwa yang mengakar dalam kehidupan kita hingga akhir hayat kita, sehingga di akhir kehidupan kita dalam keadaan husnul khatimah

Jama’ah shalat jum’at rahimakumullah.

        Ada sebuah kisah “inspiratif” mengenai istiqamah yang dilakukan oleh Abdullah bin Ummi Maktum. Beliau adalah sahabat Rasulullah r yang diuji oleh Allah dengan Buta. Meskipun beliau cacat raga berupa buta, beliau senantiasa istiqamah melaksanakan shalat lima waktu berjamaah di masjid. Abdullah bin Ummi maktum senantiasa ingat akan sabda Nabi r,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t ، قَالَ : أَتَى النبيَّ r رَجُلٌ أعْمَى ، فقَالَ : يا رَسُولَ اللهِ ، لَيسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إلى الْمَسْجِدِ ، فَسَأَلَ رَسُولَ اللهِ r أنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّي فِي بَيْتِهِ ، فَرَخَّصَ لَهُ ، فَلَّمَا وَلَّى دَعَاهُ ، فَقَالَ لَهُ : هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلاَةِ ؟  قَالَ : نَعَمْ . قَالَ : فَأجِبْ

Dari Abu Hurairah t “Nabi r kedatangan seorang lelaki yang buta. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki seorang penuntun yang menuntunku ke masjid.’ Maka ia meminta kepada Rasulullah r untuk memberinya keringanan sehingga dapat shalat di rumahnya. Lalu Rasulullah r memberinya keringanan tersebut. Namun ketika orang itu berbalik, beliau memanggilnya, lalu berkata kepadanya, ‘Apakah engkau mendengar panggilan shalat?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, ‘Maka penuhilah panggilan azan tersebut.’ (HR. Muslim)

Suatu hari Ketika Abdullah bin Ummi Maktum hendak ke masjid untuk melaksanakan Shalat Subuh, beliau terjatuh sehingga menyebabkan wajah dan kakinya berdarah. Namun demikian Abdullah bin Ummi Maktum tetap melanjutkan perjalanan dengan tertatih-tatih menuju masjid. Rasa sakit di wajah dan kakinya tidak menghalangi beliau untuk melaksanakan perintah Rasulullah r

Hari berikutnya ia bertemu dengan seorang pemuda. Pemuda tersebut bermaksud menolongnya dan menuntunnya ke masjid. Selama berhari-hari, sang pemuda ini selalu mengantarnya ke masjid. Abdullah bin Ummi Maktum pun kemudian ingin membalas kebaikannya. “Wahai saudaraku, siapakah gerangan namamu. Izinkan aku mengetahuimu agar aku bisa mendoakanmu kepada Allah?,”

Kemudian laki-laki tersebut mengatakan : “tidak penting engkau mengetahui namaku dan aku tak mau engkau doakan”. Mendengar jawaban tersebut, Abdullah bin Ummi Maktum kemudian mengatakan  ”Jika engkau tidak mau menyebutkan namamu, maka cukuplah sampai di sini saja engkau membantuku. Aku tak mau engkau menolongku lagi sebab engkau tak mau didoakan,

Mendengar jawaban tersebut, maka pemuda tersebut kemudian mengenalkan diri, “Wahai Abdullah bin Ummi Maktum, ketahuilah sesungguhnya aku adalah iblis,”. Mendengar pengakuan tersebut, Abdullah bin Ummi Maktum kaget dan kemudian menanyakan, “Lalu mengapa engkau menolongku dan selalu mengantarkanku ke masjid. Bukankah engkau semestinya mencegahku untuk ke masjid?

Iblis lantas menjawab, “Wahai Abdullah bin Ummi Maktum, masih ingatkah engkau beberapa hari yang lalu tatkala engkau hendak ke masjid dan engkau terjatuh? Aku tidak ingin hal itu terulang lagi. Sebab, karena engkau terjatuh, Allah telah menurunkan rahmat dan mengampuni dosamu yang separuh. Aku takut kalau engkau jatuh lagi Allah akan menghapuskan dosamu yang separuhnya lagi sehingga terhapuslah dosamu seluruhnya. Maka, sia-sialah kami menggodamu selama ini,” Karena mengetahui keutamaan shalat berjamaah di masjid, maka Abdullah bin Ummi Maktum lantas lebih bersemangat untuk istiqamah menjalankan amalan tersebut.

Jama’ah shalat jum’at rahimakumullah.

        Istiqamah merupakan salah satu jalan yang lurus menuju Allah I. Orang yang istiqamah tidak akan goyah terhadap godaan apapun. Orang yang istiqamah akan senantiasa melaksanakan salah satu perkara tersebut karena mengetahui manfaat dan keutamaan perkara tersebut. Islam memerintahkan kepada kaum muslimin dan muslimat untuk memegang teguh sifat istiqamah, sebagaimana Sabda Nabi r,

عَنْ  سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِاللهِ الثَّقَفِي t, قَالَ: قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ , قُلْ لِيْ فِيْ اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً , لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًاغَيْرَكَ. قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ , ثُمَّ اسْتَقِمْ .

Sufyan bin ‘Abdillah t, ia berkata, “Aku berkata: Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku suatu perkataan dalam Islam yang aku tidak perlu bertanya tentangnya kepada seorang pun selainmu.” Beliau bersabda, “Katakanlah: aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim)

Mengingat pentingnya istiqamah, maka perlunya kita sering meminta kepada Allah I agar diberikan petunjuk menuju jalan yang lurus atau istiqamah. Permohonan tersebut kita baca dalam surat Al-Fatihah, setidaknya dibawa 17 kali dalam sehari.

Jama’ah shalat jum’at rahimakumullah.

Ramadhan telah mengajarkan kita agar kita menjadi hamba-Nya Allah I yang senantiasa istiqamah. Mari kita perhatikan bagaimana dengan mudahnya kita bisa menahan nafsu makan dan midum, bahkan perkara syahwat sekalipun. Bisa kita lihat pula dengan mudahnya melaksanakan shalat tarawih setiap malam, dzikir, tilawatil qur’an, serta I’tikaf di masjid. Termasuk pula dengan mudahnya kita keluarkan Sebagian harta kita untuk infaq dan sedekah. Di bulan yang penuh berkah tersebut kita menjadi insan-insan yang tangguh psikis dan nuraninya, tidak mudah marah dan emosi ketika menghadapi perkara yang tidak menyenangkan. Demikian juga dengan mudah kita  menghindari tradisi ghibah.

Namun sayangnya, sikap istiqsmah yang sudah berlangsung selama sebulan penuh ini seolah menjadi luntur, hilang tak berbekas, seiring dengan berakhirnya hari-hari di bulan Ramadhan. Sebagian besar masyarakat Muslim kembali melakukan kebiasaan buruk seperti sebelum Ramadhan.

Kaum muslimin rahimakumullah.

Selanjutnya, ada nasehat dari para ulama agar kita bisa senantiasa istiqamah, diantaranya,

Pertama, penting sekali bagi kita untuk memahami dalil-dalil syar’i yang menunjukkan keutamaan suatu amalan, sehingga kita merasa menyesal jika tidak bisa melaksanakannya.

Kedua, kita harus sadar bahwa kehidupan di dunia hanya sementara, dan kehidupan di akherat adalah selamanya, oleh karena itu perlu bekal yang banyak.

Ketiga, perlunya mengingat kaidah al-jazaa’ min jinsil ‘amal” (Pahalanya sesuai dengan amal yang dilakukan). Bagaimanapun, pahala dari Allah akan diberikan lebih banyak kepada orang-orang yang istiqamah.

Keempat, berteman dengan saudara-saudarayang sudah terbukti bisa istiqamah, dengan demikian sikap positif tersebut akan menular kepada kita.

Kelima, senantiaa berdoa kepada Allah agar diberikan istiqamah di jalan Allah I

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا،  اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. اَللّٰهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى. اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَخَشُّوْعَنَا وَزَكَاتَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Oleh : Ustadz Drs. H. Marsudi Iman, M.Ag

Naskah Lengkap bisa di download disini

Silakan gabung Group WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *