Khutbah Idul Adha 1445 H : Mendekat Kepada Allah
الْحَمْدُ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللّٰهُ فَلَامُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ – اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ – وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ – اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَاعِيْنَ.
اَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ إِتَّقُوْ اللّٰهَ حّقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْن. قال الله تعالى : وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
الله اكبر الله اكبر لا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Jama’ah shalat Idul Adha rahimakumullah
Takbir, tahmid dan tahlil senantiasa menggema diseluruh penjuru dunia. Teriring umat Islam melaksanakan ibadah shalat ‘idul adha. Semua dilakukan sebagai bagian dari ketaqwaan dan kesyukuran kepada Allah I. Oleh karena itu marilah rasa taqwa tersebut benar benar harus merasuk dalam sanubari kita, jangan sampai taqwa itu susut apalagi sampai hilang.
Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad r, kepada semua sahabat, tabiin, tabiit tabiin, kaum muslimin wal muslimat yang senantiasa menghidupkan sunnah sunnahnya.
الله اكبر الله اكبر لا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Jama’ah shalat Idul Adha rahimakumullah
Ibadah Qurban sebenarnya sudah dikenal sejak zaman Nabi Adam, Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim dan dilaksanakan juga oleh Nabi Muhammad r. Berdasar firman Allah I dalam Surah Al Hajj ayat 34-35 sebagai berikut,
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَ ۙ ٣٤ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَالصَّابِرِيْنَ عَلٰى مَآ اَصَابَهُمْ وَالْمُقِيْمِى الصَّلٰوةِۙ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ٣٥
“Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah hati mereka bergetar, orang yang sabar atas apa yang menimpa mereka, dan orang yang melaksanakan salat dan orang yang menginfakkan sebagian rezeki yang Kami karuniakan kepada mereka.”
Dari ayat ini dapat difahami bahwa qurban itu disyariatkan dalam islam, yang tata cara mungkin saja berbeda pada zaman nabi nabi sebelum Nabi Muhammad r, namun pada hakikatnya adalah sama, yakni semua dalam rangka mendekat atau taqarrub ilaallaah. Untuk itu setidaknya ada hal hal urgen yang perlu kita camkan dengan sebaik-baiknya bahwa dengan qurban akan mendorong kita semua untuk ,
Pertama, Taqwallah. Cita cita tertinggi hamba adalah dia dapat bertaqwa kepada Allah dengan sebenar benarnya taqwa. Taqwanya sudah mendarah daging dimana dan kapanpun, yang senantiasa melahirkan amal shalih, keberadaanya juga menjadi inspirasi untuk orang lain melakukan perbuatan baik, serta menumbuhkan semangat untuk senantiasa berfastabiqul khairaat. Sehingga rasa taqwa tersebut senantiasa dipupuk dan diusahakan supaya tetap dalam sanubari. Allah berfirman dalam QS al Maidah 35 ebagai berikut,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱبۡتَغُوٓاْ إِلَيۡهِ ٱلۡوَسِيلَةَ وَجَٰهِدُواْ فِي سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٣٥
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 35)
Kedua, Keikhlasan yang tulus. Dalam segala perkataan, perbuatan dan sikapnya senantiasa dalam rangka beramal dengan tulus ikhlas. Hanya karena Allah I, tanpa tendensi dan materi duniawi. Firman Allah I dalam surat al Bayyinah 5 ,
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ ٥
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Ketiga, Menyatakan rasa syukur. Adalah kewajiban hamba untuk berterimakasih atas segala hal yang telah Allah I anugerahkan kepadanya. Adalah hamba yang tak tahu diri dan tak beradab apabila semua kebutuhannya telah dicukupi, kemudian dia sama sekali tak berterima kasih. Padahal ucapan terima kasih atau kesyukuran itu sebenarnya akan kembali kepada diri orang yang bersyukur itu. Jadi Allah I tak memerlukan syukur yang kita haturkan, namun kesyukuran itu adalah untuk kita, untuk hamba. Allah berfirman,
….وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ……
….Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;… (QS Luqman : 12)
Namun memang sangat disayangkan banyak manusia yang tidak mau bersyukur kepada Allah I, seolah-olah dia dapat mencukupi dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Banyak yang lupa bahwa dibalik keberhasilan yang diraih ada faktor faktor pendukung. Faktor pendukung utama tentu saja pertolongan dari Allah I, sedang yang lain adalah bantuan dari manusia sekitarnya. Maka jangan sok merasa paling pintar, sok kuat sendiri, sok super….. yang akhirnya menjadi sombong alias takabur. Ingat Iblis terperosok dalam lembah kehinaan yang paling hina, berawal dari sikap sombong dan takabur. Maka manusia yang cerdas adalah yang mau dan senantiasa bersyukur kepada sang pencipta yakni Allah I. Dengan syukur maka Allah akan menambah nikmat-Nya,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim : 7)
Keempat, Rasa solidaritas kepada umat. Dalam kehidupan sangat diperlukan untuk saling tolong menolong, tidak ego dan maunya menang sendiri. Sebagai muslim muslimah kita dianjurkan untuk senantiasa tawadlu’, toleran, dan senang berbagi kepada yang lain. Karena tidak ada manusia yang mampu hidup sendirian, maka sudah wajar dan semestinya, kita saling memberikan rasa empati, solidaritas dan peduli kepada sesama umat manusia. Apabila kebetulan oleh Allah kita diberi peluang dan harta yang cukup, perlu kiranya kita juga peduli dan membagi kepada saudara saudara yang sedang ditimpa kesusahan dan penderitaan. Ingat hidup tidak selamanya diatas tetapi kadang dibawah. Dalam hal ini betapa luar biasa Nabi Muhammad r dan para sahabat dalam memupuk rasa solidaritas ini, seperti termaktub dalam QS al Hasyr : 9,
وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِيمَٰنَ مِن قَبۡلِهِمۡ يُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَيۡهِمۡ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمۡ حَاجَةٗ مِّمَّآ أُوتُواْ وَيُؤۡثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةٞۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٩
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.
Rasa persatuan kesatuan dan sepenanggungan seperti ini tak lepas pula dari betapa mereka mengamalkan firman Allah dalam QS al Hujurat 10,
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ١٠
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Kelima, Distribusi ekonomi. Kehadiran hari raya baik idul fitri maupun idul adha, langsung atau tidak langsung, di akui atau tak di akui, sangat erat kaitanya dengan distribusi ekonomi ditengah masyarakat. Kalau pada hari raya Idul Fitri berapa banyak beras yang terdistribusi ditengah masyarakat, begitu juga dengan hadirnya hari raya idul adha, berapa banyak hewan kurban (lembu, kambing, unta) yang disembelih, dan ini adalah “taman gizi internasional” yang barang kali banyak yang tidak menyadarinya. Dan itu semua dilakukan dalam kerangka bertaqwa kepada Allah I, bukan pesta pora… Allahu Akbar.
الله اكبر الله اكبر لا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Jama’ah Shalat Idul Adha rahimakumullah
Pelajaran yang bisa dipetik dari tema khutbah adalah.
- Ketaqwaan yang senantiasa terpateri dalam jiwa kapan saja dan dimana saja, dengan istiqomah,
- Sebagai insan bertaqwa senantiasa berusaha untuk dapat beramal shalih sebanyak banyaknya.
- Senantiasa bersyukur kepada Allah atas segala anugerah yang telah kita terima.
- Rasa solidaritas kepada sesama umat
- Sehebat apapun manusia, dia tetap membutuhkan bantuan orang lain. Ingat tolong menolonglah dalam kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan.
الله اكبر الله اكبر لا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Jama’ah Shalat Idul adha rahimakumullah
Demikian semoga bermanfaat, Akhirnya marilah kita berdoa, menundukkan kepala, memohon kepada Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim untuk kebaikan kita dan umat Islam dimana saja berada,
الحمد لله رب العا لمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى اله واصحا به اجمعين اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ فَيَا قَا ضِيَ الْحَجَا ت رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرٗا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةٗ وَهَيِّئۡ لَنَا مِنۡ أَمۡرِنَا رَشَدٗا رَبَّنَآ إِنَّنَآ ءَامَنَّا فَٱغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ سُبۡحَٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلۡعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَٰمٌ عَلَى ٱلۡمُرۡسَلِينَ وَٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
Oleh : Ustadz M Humam, S.Ag
Naskah Lengkap bisa di download disini
Silakan gabung Group WhatsApp